Namaku Nisa,aku
lahir di Singapura 18 tahun lalu. Aku di lahirkan di Singapura saat abiku
sedang sibuk mengurusi usaha tekstilnya di sana,mungkin sebagian orang
menginginkan hidup seperti yang aku jalani saat ini. Hidup yang di penuhi
dengan materi yang berlimpah,kasih sayang yang mengalir begitu derasnya dari
kedua orang tuaku,dan yang tak kalah penting apa yang aku ingin selalu aku
dapat. Aku sangat bahagia hidup dan tumbuh di keluarga ini,tapi aku sedikit
sedih saat abiku mengirimku ke Mesir untuk menuntut ilmu di sana. Awalnya aku
sangat sedih dan sedikit ngambek pada abi,tapi lama-kelamaan aku sadar bahwa
ini yang terbaik untukku dan aku mencoba untuk menerima ini semua. Jam
menunjukkan pukul 10 malam,kini waktunya untukku pergi ke bandara. Di bandara aku
tak mampu menahan air mataku saat aku harus berpisah dengan umi dan abi,ku
peluk erat umi dan abi dengan penuh cinta ”Aku sangat sayang umi dan Abi,tunggu
Nisa kembali ya bi”ucapku dengan rasa penuh haru ”Kami juga sangat menyayangimu
nak,abi akan selalu menunggumu nak” jawab abi dan memelukku ”Umi berpesan
jangan lupa sholat ya nisa,jangan lupakan Allah SWT” sahut umi ”Iya mi Nisa
akan selalu ingat nasihat umi”. Ku langkahkan kaki ini masuk kedalam pesawat
yang siap membawaku ke Mesir.
2 tahun sudah aku
menuntut ilmu di Mesir,dan 2 tahun pula aku belum pulang ke Indonesia sama
sekali. Akhirnya aku memutuskan tahun ini untuk pulang ke Indonesia. Hari ini
aku tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta,hatiku benar-benar gembira
sekali karena aku akan bertemu dengan umi dan abi. Di pintu keluar bandara aku
melihat umi dan abi menjemputku dengan senyum khas mereka,umi dan abiku pun
menjadi lebih bahagia saat mereka melihat putri satu-satu mereka memutuskan
memakai jilbab untuk menutupi auratnya. Pertemuan yang sangat mengharukan
bagiku,tanpa berfikir panjang aku langsung memeluk umi kemudian memeluk abi.
Begitu kami sampai di rumah aku mengamati sekeliling rumahku dan tak banyak
yang berubah dari rumah ini.
Sudah 1 bulan ini
aku di Indonesia,harusnya aku kembali ke Mesir 1 minggu yang lalu tapi aku
masih sangat berat jika aku harus meninggalkan lagi keluargaku ini. Di saat
waktu senggang aku dan keluargaku berkumpul,seperi biasa aku bermanja-manja
kepada abi ”Bi Nisa boleh minta sesuatu ke abi?” ucapku dengan tidur dipagkuan
abi ”Putri abi ingin apa dari abi?” sahut abi dengan membelai pipiku ”Bi boleh
tidak Nisa meneruskan kuliah di Indonesia saja?Nisa tidak mau meninggalkan abi
dan umi lagi,Nisa mohon ya bi” jawabku dengan memohon kepada abi ”Tapi bukannya
di Mesir lebih maju dan bagus sayang?” ”Kalau masalah itu kan tergatung setiap
individunya bi,percuma juga kan bi aku kuliah di Mesir yang begitu maju
Universitasnya tapi aku tidak bisa konsentrasi kuliah karena pikiranku ada di
sini bersama abi dan umi,tapi kalau Nisa kuliah disini insyaallah Nisa akan
lebih berkonsentrasi” jelasku kepada abi ”ya sudah jika itu yang Nisa mau,abi
akan mencari universitas yang baik untuk Nisa” ”terima kasih ya bi”.
Hari ini hari
pertamaku masuk di salah satu Universitas Islam swasta di Jakarta. Saat aku
berjalan di lorong tiba-tiba ada seorang lelaki memberi salam padaku
”Assalamualaikum” lelaki itu mengucapkan salam denga menundukkan kepalanya
”Waalaikumsalam” balasku dengan menundukka kepala juga ”Anda pasti mahasiswi
baru di sini ya?perkenalkan nama saya Arman mahasiswa bahasa arab” ucap
laki-laki itu dengan senyumnya ”Iya,nama saya Nisa. Wah kebetulan saya juga
mahasiswi bahasa arab,bisakan kamu mengantar saya ke kelas?karena dari tadi
saya telah mencari kelas bahasa arab tapi saya tidak bisa menemukannya” ”Denga
senang hati saya akan mengatar kamu ke kelas” aku dan Arman akhirnya pergi ke
kelas bersama-sama. Aku sangat senang bisa bertemu dan berkenalan dengan
seorang laki-laki yang tampan,gagah,berwibawa,taat kepada agama, dan sopan
seperti Arman tapi sayang Arman tak bisa menarik hatiku. Kami memang baru
berkenalan tapi kami bisa sangat akrab layaknya sahabat yang telah kenal
lama,kami juga saling membantu di saat mengalami kesulitan. Arman juga sering
mengantarku pulang dan berbincang-bincang dengan abi dan umi,sejak itulah Arman
sangat dekat dengan kedua orang tuaku.
Siang itu setelah
kuliah aku pulang sendirian karena kebetulan Arman sedang sibuk mengurusi
Baksos yang akan dilaksanakan oleh anak-anak SKI. Saat aku berjalan menuju
keluar kampus tiba-tiba ada mobil yang kehilangan kendali dan hampir
menabrakku,tapi untung saja ada seseorang yang menolongku. Pria yang menolongku
itu sangat berbeda dengan Arman,pria itu berpenampilan seperti orang rock and
roll tindik tak luput menghiasi telinganya dengan kaos oblongnya dan celana
yang robek dimana-mana tapi entah kenapa saat aku berada di dekatnya aku merasa
seperti ada getaran yang sangat aneh. Pria itu bernama Edo seorang anak
begajulan yang tak tau aturan dan adab,awal aku berkenalan aku merasa sangat
aneh saat di dekatnya karena jujur ini baru pertama kalinya aku bergaul dengan
anak yang sangat tak tau aturan seperti ini. Edo pernah aku bawa ke rumah dan
aku perkenalkan pada abi,umi dan Arman,tidak heran jika abi dan umi tak suka
melihat Edo yang sangat tidak sopan dan aku pun tak memaksa orang tuaku untuk
menyukai Edo karena aku tau bahwa umi dan abi adalah seseorang yang sangat
memegang teguh agama,sedangkan Edo entah kapan dia terakhir melaksanakan
sholat. Arman yang sangat menghargai orang pun entah kenapa saat aku kenalkan
padanya tiba-tiba Arman pergi tanpa meninggalkan sepatah kata padaku atau pun
kepada Edo.
Semenjak aku
berteman dengan Edo aku lebih sering pergi dan di antar pulang oleh Edo.
Intensitasku yang lebih sering bersama Edo membuat abi dan umi tak nyaman,hingga
abi pun menegurku sesaat setelah Edo mengantarku pulang. Setelah aku membuka
pintu aku di kejutkan oleh suara abi yang begitu keras menegurku ”Nisa sampai
kapan kamu akan bergaul dengan pemuda begajulan itu?!!” bentak abi kepadaku ”Bi
dia itu punya nama dan namanya Edo” jawabku dengan wajah yang mulai memerah
karena baru pertama kali ini aku di bentak oleh abi ”Sudah bi Nisa kan baru
pulang,biarkan saja dia istirahat dulu” sahut umi membelaku ”Umi jangan pernah
membela Nisa,karena Nisa ini sudah salah langkah. Dan kamu Nisa,abi tak mau
lagi melihat kamu bergaul dengan pemuda begajulan itu lagi. MENGERTI NISA!!!”
”Maaf bi Nisa tidak bisa,karena Nisa Menyukai Edo” ”APA!!!! Apa yang bisa kamu
harap dari pria yang tak tau adat itu?mengurus dirinya dan agamnya saja dia tak
mampu apa lagi mengurusi dirimu?apa anak begajulan seperti itu yang akan kamu
jadikan imam dikeluargamu kelak Nisa??bagaimana Edo bisa mengarahkan kamu di
jalan Allah SWT,jelaskan pada abi Nisa?”Sahut abi dengan nada lebih tinggi
”itulah bi yang membuat Nisa menyukai Edo,Nisa tertantang abi untuk membimbing
Edo di jalan Allah SWT”sahutku dengan berlinang air mata ”Diam !!!”ucap abi
memotong omonganku ”sudah bi,sudah. Nisa masuk kamar” jawab umi lagi-lagi
membelaku. Hari itu aku sangat sedih sekali karena aku untuk pertama kalinya
membangkang apa yang dikatakan oleh orang tuaku demi orang seperti Edo,mungkin
ini adalah hal yang konyol tapi aku pun tak bisa membohongi hatiku bahwa aku
sangat menyayangi Edo.
Semenjak kejadian
itu hubunganku dengan orang tuaku menjadi sangat renggang. Tak ada lagi ciuman
untukku yang selalu abi dan umi berikan untukku setiap aku akan pergi kuliah.
Sepulang kuliah seperti biasa Edo menjemputku dan membawaku ke sebuah tempat
yang sangat romantis,hal yang sangat tak kuduga terjadi padaku. Edo
melamarku,hatiku sangat gembira sekali dan aku pun langsung menerimanya.
Setelah itu aku pun di antar pulang oleh Edo. Sesampainya aku di halaman rumah
aku berpapasan dengan Arman,aku memandangi Arman sedangkan Arman hanya fokus
melihat depan dan mengatakan sesuatu padaku ”Aku kecewa padanyamu,sangat amat
kecewa padamu. Yang pertama aku kecewa karena ternyata cintaku padamu tak
terbalas dan kamu lebih memilih pria itu,yang kedua aku kecewa padamu karena
Nisa yang sekarang tak lagi seperti Nisa yang aku kenal dulu. Nisa yang dulu
adalah Nisa yang selalu patuh kepada orang tua,tapi Nisa yang sekarang adalah
Nisa yang menentang orang tuanya sendiri” Ucap Arman dengan pandangan lurus
kedepan dan begitu saja berlalu,aku hanya dapat terpaku mendengar apa yang
dikatakan Arman dan tak terasa apa yang dikatakan Arman membuatku meneteskan
air mata. Kuusap air mata ini dan segera memasuki rumah. Di dalam rumah aku
melihat abi dan umi duduk di ruang tamu seperti menunggu seseorang,ternyata
orang tuaku menungguku dan ingin membicarakan sesuatu padaku. Setelah aku duduk
di hadapan orang tuaku,abi mulai mengatakan sesuatu hal dan hal itu adalah
tentang perjodohanku dengan Arman. Aku sangat menolak perjodohan ini ”Maaf bi
Nisa tidak bisa,karena Nisa telah dilamar Edo dan kami akan segera menikah”
jelasku sambil menunjukkan cincin yang melingkar manis di jariku ”Umi mohon
Nisa,tolong ikuti apa kata abimu sekali ini saja” pinta umi sambil berlutut
dihandapanku dan berderai air mata ”Nisa mohon umi,umi jangan seperti ini
biarlah Nisa menentukan jalan hidup Nisa sendiri” ”Dengarlah nak,ini umi yang
melahirkan dan membesarkanmu sedang
memohon di hadapanmu. Umi tak ingin kamu terjebak oleh jebakannya” ”sudahlah
umi kita sudah terlalu banyak berbicara,abi sudah capek mengingatkan Nisa. Dan
kamu Nisa jika memang kamu lebih memilih Edo silahkan kamu pergi dari rumah ini
dan jangan pernah kembali lagi ke rumah ini” sahut abi dengan tegas. Mendengar
perkataan itupun aku langsung keluar dari rumah dan mencari Edo. Dengan hati
yang hancur aku pergi mencari Edo di rumahnya,begitu kagetnya aku saat yang
membuka pintu rumah Edo adalah seorang wanita dengan perut yang membesar , ya
wanita itu hamil sekitar 8 bulan. Dengan deraian air mata aku bertanya kepada
wanita itu siapa dia,aku lebih kaget lagi saat wanita itu menceritakan jati
dirinya. Wanita itu bernama Lira,Lira adalah istri Edo yang di nikahi 4 bulan
lalu. Edo menikahi Lira kerena Edo menghamili dirinya,dengan wajah yang sangat
kebingungan aku menanyakan Edo, Lira pun memenggil Edo dan Edo menyahut
panggilan istrinya dengan menyebut Lira dengan panggilan sayang. Hati ini semakin sakit hancur,tak lama Edo keluar dan
terkejut saat melihat aku. Setelah aku melihat Edo aku langsung pergi dengan
deraian air mata, Edo mengejarku dengan hati yang piluh aku kembalikan cincin
yang di berikan padaku tadi ”Aku memang hancur tapi aku punya perasaan dan aku
tak bisa menyakiti hati istrimu do”. Aku berlari entah kemana kaki ini membawaku,di jalan aku berpapasan dengan
mobil Arman. Arman menghentikan lagu mobilnya dan menghampiriku,kemudian Arman
membawaku ke suatu tempat. Disana aku menceritakan semua yang telah terjadi
pada diriku,Arman juga menceritakan sesuatu kepada diriku tentang Edo. Arman
telah mengenal Edo beberapa tahun yang lalu,Arman juga sebenarnya telah
mengatahui bahwa Edo telah memiliki istri tapi Arman tak pernah menceritakan
padaku karena dia tau walaupun dia menceritakan padaku,aku takkan percaya karena
aku sedang di butakan oleh cinta. Dan Arman juga percaya bahwa suatu saat nanti
mata hatiku akan di buka oleh Allah dan tanpa Arman cerita aku akan tau semua
kebenaran ini. Mendengar cerita Arman air mata yang keluar dari mata ini
semakin deras,aku pun menangis di pelukan Arman. Setelah aku puas mencurahkan
isi hatiku,aku diantar Arman pulang dan meminta maaf kepada orang tuaku.
Di rumah orang
tuaku menerima permintaan maafku dengan baik,selain itu di hadapan kedua orang
tuaku dan Arman aku menerima pinangan Arman. Aku berharap aku bisa bahagia
dengan Arman,dan aku akan belajar untuk mencintai Arman. Ke esokan paginya
ternyata ada Edo yang ingin menemuiku,aku menemuinya dengan rasa benci. Edo
meminta maaf kepadaku dan memintaku untuk mau kembali padanya selain itu dia
juga berjanji akan menceraikan Lira asalkan aku mau kembali padanya ”Apa kamu
sadar kamu berbicara dengan siapa?aku ini wanita Edo dan aku tak mungkin tega
menyakiti hati wanita lain,pergilah kamu bersama istrimu aku telah rela
melepasmu untuk Lira” ”Nisa apa kamu tak mencintaiku?aku sangat mencintaimu
Nisa”tanya Edo dengan memegang tanganku ”Aku memang mencintaimu Edo tapi maaf karena aku lebih mencintai orang tuaku
dan Arman,tolong jangan pernah lagi menggangguku karena minggu depan aku akan
menikah dengan Arman. Aku memang ingin bahagia walaupun itu tanpamu akan ku
coba. Aku rasa sudah cukup assalamualaikum” jelasku dengan menutup pintu rumah
dan pintu hatiku untuk Edo.
By:Manzil Wahyu Khoironi