Pages

RSS

Rabu, 01 Agustus 2012

Fatamorgana


Senin,01 Juni 2010

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menengah Atas yang berbasis Internasional di daerah sekitar Surabaya. Aku tak tau harus senang karena aku dapat masuk di SMA ini atau aku harus bersedih karena harus meninggalkan teman-temanku di SMP yang aku cintai,tapi yang jelas yang aku rasa saat ini adalah ngiluh pada diriku sendiri,serasa ada pisau yang menyayat hati ini karena aku harus memulai kehidupanku yang baru dengan membawa luka ini. Luka yang tersakiti karena cinta,begitu pedih kurasakan,tapi aku tak berdaya melawan kesakitan ini. Di sinilah aku mulai semuanya,berharap tak ada lagi yang menyakitiku lagi,berharap disini aku mendapatkan pengganti dirinya.

Dengan hati yang tersayat-sayat ku langkahkan kaki yang lemah ini menyusuri lorong-lorong sekolah,kucoba berusaha tegar dan melawan kesedihan batin ini. Dalam renunganku tiba-tiba aku mendengar suara yang memanggil namaku.
Kinan : ”Mila!!!!”
Mila : ”eh Kinan”
Kinan : ”kita satu kelaskan?ayo pergi ke kelas bersama-sama”
Kujawab ajakannya dengan senyuman walaupun hati ini enggan untuk tersenyum.

Di kelas bertuliskan Class X-I,dengan menarik nafas sedalam-dalamnya aku memasuki kelas ini. Di dalam kelas ini sangat ramai sekali,aku lihat banyak wajah teman-temanku yang begitu bahagia karena mendapat teman baru. Aku memilih bangku nomor 3 dari depan,tepatnya aku duduk di belakang tempat duduk temanku yang bernama Albert. Awalnya aku takut pada Albert karena tingkah Albert yang begitu aneh padaku,tapi ternyata setelah aku kenal Albert ternyata dia anak yang menyenangkan walaupun dia sedikit aneh karena sekolah dia membawa corong.Di kelas aku,Erina digadang-gadang oleh teman-teman sekelas memiliki skandal dengan Albert,untungnya Albert adalah anak yang tak pernah menganggap hal itu serius. Setiap aku,Erina di goda teman-teman dengan Albert, Albert selalu menyambutnya dengan canda sedangkan aku dan Erina pun ikut membalasnya dengan canda tawa pula,kamipun tertawa riang. Sungguh hal yang menggembirakan bagiku.

Minggu, 05 September 2010

Di hari ini aku mencoba untuk melupakan masa laluku dengan menerima cinta Faris (Faris adalah teman sekolah waktu aku SMP).Langkah awal setelah aku menerima faris aku langsung menghilang selama 1 minggu (aku tak menghubungi Faris sama sekali) aku hanya ingin tau apakah dia benar-benar mau menungguku,dan ternyata setelah 1 minggu kemudian Faris masih setia menungguku. Dengan kejadian ini aku sadar bahwa Faris adalah orang yang baik.

Dari awal kami berkomitmen sudah kusampaikan bahwa aku tak menutut banyak,yang aku ingin hanyalah keterbukaan di antara kami.Aku berharap banyak pada Faris,aku berharap dia tak lagi menyakitiku seperti apa yang pernah aku rasakan,aku berharap dia bisa menjaga apa yang telah aku percayakan padanya.

Hubungan ini pada awalnya berjalan sangat mulus hingga ia mengingkari apa yang telah menjadi komitmen kami. Aku sangat menyayangkan kenapa anak sebaik Faris yang sangat aku percaya ternyata bisa menghianati kepercayaanku. Aku merasa sangat sakit saat dia hianati kepercayaanku tapi lagi-lagi seperti pengalamnku sebelumnya aku mengalah untuk mempertahankan hubungan ini,dengan hati yang tersakiti aku coba memungut puing-puing hatiku yang telah hancur berkeping-keping. Dengan sisa-sisa kepercayaanku pada Faris aku mencoba membangun kembali perasaan ini meski sakit tapi aku tetap bertahan,bagiku hidup ini seperti memaksaku untuk berjalan di atas duri penderitaan yang begitu pedih. Tak selang beberapa hari penghianatan itu muncul kembali,apa kalian tau bagaimana rasanya ketika kita yang telah berusaha untuk setia,dan terbuka pada pasangankita tapi ternyata pasangan kita tidak bisa seperti itu?dan apa kalian tau bagaimana rasanya jika kalian tau sendiri penghianatan itu dengan mata kepala kalian sendiri?apa lagi ini menyangkut perempuan lain. Aku benar-benar merasa sakit,hancur berlebur-lebur. Ingin sekali aku berteriak sekencang-kencangnya  dan lari dalam keadaan seperti ini,tapi apa dayaku?untuk kali ini aku benar-benar tak mampu lagi untuk membangun puing-puing perasaanku. Tak ada yang bisa ku katakan setelah kejadian ini dan yang hanya bisa ku lakukan menangis di hadapan sang ilahi robi dan berharap agar Faris bisa merasakan kesakitan yang aku rasakan saat ini.

Dengan sisa hati yang telah benar-benar hancur aku mengorbankan perasaanku,aku memilih untuk tetap menjalani ini dengan Faris.Dalam keadaan tertatih kujalani hubungan ini meski aku harus meneteskan air mata kepedihan saat mengingat apa yang aku korbankan. Pernah sekali aku mendengarkan kata cemoohan faris terhadapku,dia mengatakan  ”apa kamu gak punya malu?” saat mendengar itu aku hanya bisa meneteskan air mata,dalam hati aku berdoa”Tuhan cobaan apa lagi yang kau berikan padaku?” dengan air mata yang keluar dengan deras kucoba untuk tetap tabah dan tegar.

Dipertengahan kelas 10 cobaanku di uji kembali oleh Allah SWT,aku memiliki sebuah penyakit. Memang penyakit ini tidak membahayakan nyawaku,tapi disaat penyakit ini kambuh sungguh sangat amat menyiksaku. Yang membuatku lebih bersedih adalah penyakit ini hanya bisa di sembuhkan dengan operasi dengan mengangkat penyakit ini,dan hanya operasi itulah satu-satunya cara penyembuhannya.

Senin,06 Juni 2011

Sujud syukur setelah cobaan bertubi-tubi itu kenikmatan yang aku dapat adalah aku bisa naik kelas XI IPA. Pada awalnya aku berharap agar aku di kelas 11 ini mendapat kebahagiaan,manusia boleh berencana tapi tetap Allah lah yang memutuskan. Di kelas 11 ini cobaanku lebih besar dan banyak,mulai dari salah paham,skandal,di tersakiti. Karena aku merasa sangat amat tertekan dikelas 11 ini aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Faris.Bagiku salah paham adalah masalah yang sangat rumit bagiku,disini aku dan beberapa temanku sering salah paham. Salah paham ini membuatku tertekan di dalam kelas,belum lagi masalahku dengan temanku yang aku sendiri tak tau letak salahku di dia dimana tapi dia bersikap dingin padaku. Saat aku mengingat itu semua,air mata itu tiba-tiba keluar dari kedua kelopak mataku apalagi jika aku harus mengingat bahwa penyakit yang sudah 1 tahun bersarang di tubuhku belum sembuh. Aku sungguh merasa sendiri saat itu tak ada satupun yang mampu menenangkanku.

Terkadang terbesit dalam pikiranku bahwa aku ingin mengatakan kepada teman-temanku dan juga Faris bahwa tanpa mereka menyakiti aku,aku sudah merasa tersakiti oleh penyakit ini. Apa mereka mengerti beban hidup yang aku pikul sendiri???apa mereka tau apa betapa hancurnya aku di perlakukan seperti ini???Haruskah aku mengalah lagi demi kabahagian kalian tanpa mempedulikan kebahaagianku lagi dan lagi??aku memang pernah menyayangimu tapi hati dan perasaan ini bukan untuk kau sakiti bukan??aku bukan robot yang bisa kau sakiti sesuka hatimu,aku hanyalah manusia biasa yang bisa sakit saat kau sakiti teman. Setegar-tegarnya aku ada kalanya aku menangis,ada kalanya aku jatuh,ada kalanya aku sakit.Bisakah kalian sedikit saja mengerti apa yang aku rasa?bisakah kalian gunakan sedikit saja kau pakai hatimu untuk merasakan apa yang aku rasa????.

Dalam heningnya malam aku berdoa ”Tuhan aku tak minta sesuatu yang sangat muluk-muluk,aku hanya ingin beri aku sedikit saja kebahagiaan dalam aku menjalani sisa kehidupanku. Tuhan tolong jangan beri aku kepedihan lagi,aku sudah tak sanggup lagi menerimanya. Apa aku tak layak bahagia??”dengan sisa kehidupanku kini ku jalani hidup ini dengan puing-puing ketabahan hatiku yang telah sangat amat rapuh. Berbulan-bulan ku coba menahan rasa sakit ini tapi aku percaya bahwa Allah selalu bersamaku saat aku tersakiti. Tak ada satupun orang yang bisa menjadi tempatku bersandar dikala lelah menghampiriku dalan menghadapi kejamnya dunia ini,hanya Allah yang bisa menjadi tempat bersandarku saat itu

Aku percaya Allah tak akan membiarkan hal ini berlarut-larut,akhirnya Allah memberikan jalan keluarnya untukku. Memang tidak semuanya berakhir tapi setidaknya ini membuatku sedikit ringan dalam menghadapi dunia ini.


Senin, 09 Juni 2012

Sekarang aku di penghujung masa pendidikanku di SMA,saat aku merenung aku berfikir saat aku mencoba melupakan Faris dan membuka hati untuk orang lain adalah hal yang terbaik bagiku tapi ternyata aku salah semua rasa yang tercipta untuk orang lain itu tidak berlangsung lama,dan semoga saja ini akan menjadi akhir dari segala penderitaanku dan menjadi awal kebahagiaan untukku. Dan jika memang Faris yang terbaik untukku walaupun aku telah tersakiti oleh kehadirannya aku akan selalu mencoba menerimanya.

Kini aku berharap tak ada lagi manyakitiku. 

By: Manzil Wahyu
 

2 komentar:

MbahMono mengatakan...

bagus-bagus
hahahahahaha

Nyovika mengatakan...

eh ini cerita asli gak yaa

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.